Jumat, 11 Juni 2010

skenario


• Skenario Film

Opening : Diisi scene yang berisi judul film dan pengenalan para tokoh film dengan dilatari musik instrument Mozart.

Prolog : Di suatu desa yang nyaman hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ojan. Dia adalah anak yang sangat kreatif, aktif, dan pantang menyerah. Suatu hari pamannya datang dari kota membawa majalah yang isinya tentang kota. Ternyata kota itu penuh dengan masalah, gersang, kumuh, berantakan, tidak seperti di desa yang hijau dan damai. Dari situlah Ojan berkeinginan untuk mengubah kota menjadi lebih baik dengan menjadi arsitektur kota taman. 

Adegan 1
Setting : Di rumah Ojan
Ojan baru pulang sekolah, masuk ke dalam rumah dan disambut oleh ibunya.
Ojan : “Assalamu’alaikum…”
Ibu : (Muncul dari dalam kamar)
“W’alaikumsalam… Eh, Ojan sudah pulang.”
Ojan : (Menghampiri ibu dan mencium tangannya)
“Iya Bu, bapak sudah pulang?”
Ibu : “Belum, tapi sepertinya sebentar lagi sampai.”
Tidak lama kemudian Bapak pulang sambil membawa keranjang hasil memulung seharian.
Ibu : “Tuh dia bapak pulang Jan, panjang umur bapakmu!”
Bapak : “Assalamu’alaikum…”
Ojan dan Ibu : “Wa’alaikum salam Pak…”
Ojan : “Sini pak duduk, Ojan pijitin. Pasti Bapak capek kan?”
Ayah : “Wahh, tumben kamu Jan, baik sama Bapak. Pasti ada maunya, ya kan?”
Ojan : (Sambil duduk memijat punggung bapak)
“Hhee, ah Bapak selalu berpikiran negatif sama anaknya sendiri.”
Ayah : “Lha iya to, kan biasanya begitu..”yakin Ayah
Ojan : “Gini lo pak, kemarin ojan baca majalah yang baru dikasih Om Tukul, ternyata kota itu kumuh ya pak,, bagusan desa kita..”
Ayah : “Lho, Ojan baru tau??”Tanya ayah
Ojan : “Iya pak, kan Ojan belum pernah ke kota..”
Ayah : “Oh..iya..ya.”kata ayah membetulkan
Ojan : “Pak kalau Ojan udah besar nanti boleh ga Ojan kuliah?”
Ayah : “Aduh, kita makan aja susah.. apalagi biayain kuliah, kamu aja bisa sekolah iki karena gratis..”dengan nada pesimis.
(Ibu datang dengan membawa secangkir kopi)
Ibu : “Benar Jan, bukannya Bapak sama Ibu tidak ingin kamu kuliah tapi kenyataannya memang kita ini tidak mampu, belum lagi di kota kamu mau tinggal sama siapa?”dengan nada meyakinkan.
Ojan : (Memperlihatkan mimik sedih)
“Hmm.. iya sih Pak, Bu Ojan tau , tapi Ojan akan tetap berusaha..”
Ibu : “Ya kalau itu mau Ojan, Ibu sama Bapak cuma bisa memberikan dukungan dan doa.
Ayo pak diminum kopinya,,”dengan nada menenangkan suasana.

Tujuh Tahun kemudian..

Adegan 2
Setting : Sawah
Ojan sedang asik menggambar pemandangan di secarik kertas sambil bersenandung.. tiba-tiba ada angin kencang yang menerbangkan kertas gambarnya. Kertas tersebut jatuh tepat di dekat seorang wanita yang sedang mengitari desa bernama Bu Linda.
Bu Linda : (Terkejut melihat kertas yang mendarat di depan kakinya, kemudian memungut kertas tersebut dan menelitinya)
“Kertas apa ini ya? Ohh ada gambarnya, indah sekali gambar ini, siapa yang menggambarnya?”
Ojan : (Tiba-tiba datang dan berada di samping Bu Linda)
“Itu milik saya, Bu”
Bu Linda : “Oh? Ini punyamu? Bagus sekali gambarmu.”
Ojan : “Terimakasih, Bu.”
Bu Linda : “Siapa namamu?”
Ojan : “Ojan, Bu”.
Bu Linda : “Kamu tidak sekolah?”
Ojan : “Saya sudah lulus SMA, Bu. Setahun yang lalu”.
Bu Linda : “Jadi sekarang sudah kuliah? Kuliah di mana?”
Ojan : “Saya tidak melanjutkan, Bu”.
Bu Linda : “Lho, kenapa?”
Ojan : “Karena orang tua saya tidak mampu membiayai. Jadi, saya harus membantu orang tua saya mencari nafkah juga”.
Bu Linda : “Waduh,, sayang sekali. Padahal kamu sangat berbakat dalam menggambar. Iu saja sampai terkagum-kagum melihat karyamu ini. Harusnya kamu masuk jurusan seni rupa”.
Ojan : “Hehe, kalaupun saya bisa melanjutkan, saya tidak ingin mengambil jurusan itu, bu”
Bu Linda : “Memangnya kamu pengen masuk jurusan apa, Jan?”
Ojan : “Saya ingin mengambil jurusan Planologi, Bu. Sejak kecil saya ingin menata kota yang sudah semrawut ini”.
Bu Linda : “Wah, cita-citamu mulia sekali, Jan”.
Ojan : “Terimakasih, Bu”.
Bu Linda : “Berhubung kamu sangat berbakat, ibu akan membantu kamu mewujudkan cita-citamu”.
Ojan : “Ha? Maksud Ibu…?”
Bu Linda : “Iya, ibu akan membiayai kamu kuliah”.
Ojan : (Terbelalak kaget)
“Ibu… serius “.
Bu Linda : “Tentu saja, Jan!”
Ojan :“Terimakasih Bu!! Saya benar-benar gembira!! Ibu….. Bapakk…. Ojan kuliaaaahhhh….!!!!
(Sambil berlari kegirangan)

Adegan 3

Setting : Pelataran Kampus Ojan
Akhirnya Ojan masuk jurusan Planologi yang ia cita-citakan. Ia menatap bangunan tempatnya menimba ilmu dan bertekad menyelasaikan studi sebaik-baiknya.
Ojan : (Berteriak keras)
“AKU HARUS BISAAA!!!”

Adegan 4
Setting : Ruang Kuliah
Saat perkuliahan sedang berlangsung, Ojan memperhatikan dosen yang kebetulan terkenal sangat killer, Bu Imma namanya. Bu Imma sedang menerangkan tentang konsep Green Infrastructure.
Bu Imma : “Selamat pagi semua, kemana yang lain? Kok yang masuk Cuma segini?”
Mahasiswa : “Kurang tahu, Bu. Mungkin kesiangan habis lembur mengerjakan tugas
Interpret”.
Bu Imma : “Hmm ya sudah, yang hadir kali ini saja nanti yang bakal jadi orang sukses”.
Mahasiswa : “Amiiinnn!!”

Adegan 5
Setting : Ruang Rapat
Ojan tengah bersalaman dengan seorang investor mengenai keberhasilannya menyelesaikan proyek yang telah mereka sepakati.
Investor : “Selamat, Bung Ojan. Anda telah berhasil menyelesaikan proyek ini dengan baik.”
Ojan : “Terimakasih Bung Rudi, Anda telah mempercayakan proyek ini kepada saya. Kalau boleh, sebagai tanda terimakasih, saya akan mengajak Anda untuk berkeliling melihat-lihat hasil kerja saya. Anda bersedia?”
Investor : “Tentu saja, dengan senang hati.”
Ojan : “Fiona, tolong siapkan mobil untuk kami.”
Fiona : “Baik, Pak. Akan segera saya siapkan.”

Adegan 6
Setting : Tengah Kota
Bung Rudi, Ojan, dan sekretarisnya sedang berjalan-jalan melihat hasil kerja Ojan tentang membangun kawasan kota berwawasan lingkungan yang nyaman.
Investor : “Wah, saya benar-benar puas dengan hasil kerja Bung Ojan. Anda telah berhasil menata kota yang dulunya sangat kumuh, semrawut, dan gersang ini menjadi bersih, indah, hijau, dan rapi.”
Ojan : “Ini memang impian saya sejak kecil, jadi saya benar-benar bekerja dari hati.”
Fiona : “Betul, Pak. Pekerjaan yang dikerjakan dengan hati selalu membuahkan hasil yang bagus.”
Ojan : “Terimakasih Fiona.”bilang Ojan dengan senyum penghargaan.

Adegan 7
Setting : Ruang Kuliah
Ternyata Ojan sedang melamun di tengah perkuliahan.
Susi : (Menyenggol bahu Ojan)
“Ojan! Kau dipanggil Bu Imma tuh! Ojan!
Ojan : (Terkesiap kaget, kebingungan)
“Hah? Apa, Sus?
Fiona : (Terkikik geli)
“Ojan, kamu dipanggil Bu Imma, buruann!”
Ojan : “I..iya, Bu. Ada apa?”
Mahasiswa : “Ha..ha..ha..ha..”
(Sambil menunjuk kea rah Ojan)
Bu Imma : (Memukul-mukulkan spidol ke white board berusaha menenangkan kegaduhan)
“SShhh…. Tenang semua! Ojan! kamu dari tadi ngapain? Ibu panggil nama kamu. Kamu mau absenmu dicoret?”
Ojan : “Ohh… maaf, Bu. Saya tadi hanya sedang terpesona oleh kecantikan ibu…”
Bu Imma : (Terbelalak kaget, matanya melotot marah)
Mahasiswa : “Huuu…..!!”
(Melempari Ojan dengan kertas)
Ojan : (Mengangkat tangan berusaha melindungi diri dari hujan kertas dan berlari ke luar kelas sambil tertawa-tawa. Menuju parkiran dan mulai mengayuhnya sampai ke tengah kota)

Epilog : Meskipun menjadi planner handal tadi hanya lamunan Ojan belaka, tapi Ojan tidak akan pernah membiarkan kota hijau yang dimpikannya hanya sekedar lamunan saja. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya dalam nyata. Ia ingin masa depan kota menjadi lebih baik, nyaman untuk ditinggali, dan tidak menimbulkan masalah seperti yang terjadi pada masa sekarang ini. Ia juga ingin menyadarkan banyak orang untuk lebih mencintai lingkungan. Ojan benar-benar ingin menggapai mimpi di tengah hiruk pikuk kota!

Closing : Diisi dengan scene berisi kata-kata mutiara atau hikmah yang dapat dipetik dari keseluruhan isi film serta pengenalan kru pembuatan film dengan background musik.
• Kata-kata mutiara yang digunakan:
1. Jangan pernah takut untuk bermimpi karena dengan bermimpi itu dapat mengubah dunia.
2. Kejarlah cita-citamu setinggi mungkin dan jangan menyerah.
3. Cintai lingkungan sekitar kita seperti kamu mencintai dirimu.
• Background musik closing-nya “Meraih Mimpi” yang dinyanyikan oleh Band J-Rocks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar